Kamis, 14 Mei 2015

Sejarah Singkat Dari Masjid Luar Batang



Mengintip Sejarah Masjid atau Kampung Luar Batang



 Di Jakarta, terdapat banyak masjid yang selain sebagai tempat ibadah, namun juga menyimpan sejarah sendiri sehingga banyak masyarakat beramai-ramai mengunjunginya.
Salah satunya, Masjid Keramat Luar Batang. Masjid ini berlokasi di Kampung Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara. Untuk mencapai lokasi masjid, perlu menggunakan jasa ojek atau kendaraan pribadi karena jalan masuk masjid berupa gang tidak dilalui oleh angkutan umum.
Masjid ini dibangun oleh Al Habib Husein bin Abubakar Alaydrus. Habib Husein merupakan salah satu ulama berasal dari Yaman, menyebarkan agama Islam hingga meninggal Kampung Luar Batang. Mulanya masjid ini adalah surau yang dimiliki oleh Habib.
Bangunan masjid yang juga merupakan salah satu cagar budaya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ini, menghadap ke Pelabuhan Sunda Kelapa. Masjid memiliki 2 aula besar, aula dalam dan aula luar. Masing-masing aula tersebut memiliki 12 tiang pancang, yang dijumlahkan menjadi 24. Konon, menandakan jumlah jam dalam satu hari, 12 jam siang dan 12 jam malam. Disamping aula luar, terdapat sebuah ruangan yang merupakan lokasi makam Habib Husein dan muridnya, Haji Abdul Kadir.
Menurut Iwan Guntoro, Kepala Keamanan Makam dan Masjid Luar Batang, lokasi makam awalnya ialah kamar Habib Husein, lalu sekarang dijadikan makamnya.
Pembangunan Masjid Luar Batang terus dilakukan. Sejak pembangunan pertama kali, seluruh bangunan masjid mendapatkan renovasi total, kecuali tiang pancang yang ada di aula utama masjid. Uniknya, tiang pancang ini tidak memiliki penyangga di atasnya, namun tetap berdiri tegak. Jumlah tiang ada 12, dan menurut Iwan, luas awal masjid sebelum dibangun, sama dengan luas antar tiang tersebut.
Sejak pertama kali masjid dibangun hingga saat ini telah mencapai tahap yang ketujuh. Rencana pembangunan selanjutnya ialah dengan menambah 2 menara masjid, untuk melengkapi 2 menara yang telah ada, serta pembebasan lahan parkir, untuk memberikan kenyamanan pengunjung yang datang dengan membawa kendaraan pribadi.
Nama Masjid Keramat Luar Batang telah tersohor hingga keluar Jawa. Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, bahkan hingga Malaysia dan Singapura. Menurut Iwan, setiap harinya pasti ada pengunjung yang berasal dari wilayah yang jauh, mereka datang untuk ziarah makam, dan berdoa semoga mendapat berkah.
"Tadi ada bapak dari Kalimantan, cukup lama dia disini. Buat berdoa dan ziarah makam," katanya
Sebab, kata Iwan, orang yang datang kesini ibarat ziarah ke Wali Allah, silaturahmi ke makam beliau. Berdoa kepada Allah di tempat yang Allah muliakan.
Pada bulan Ramadhan, pengunjung yang datang tidak terlalu ramai seperti bulan-bulan lain, seperti bulan Rajab dan Muharram. Masjid akan ramai pada saat malam ke-17, banyak masyarakat datang untuk mengaji dan memperingati malam Nudzulul Quran.
Setiap hari di bulan Ramadhan, masjid menyediakan takjil bagi pengunjung yang ingin berbuka puasa, termasuk para jamaah lokal, musafir (orang yang sedang berada dalam perjalanan), dan pengunjung yang datang dari berbagai daerah.

Sejarah Kampung Luar Batang
Kampung Luar Batang merupakan hadiah yang diberikan oleh Gubernur Belanda kepada Habib Husein. Luasnya sekitar 14 hektar. Awalnya kampung ini seperti sebuah pulau, sering banjir dan surut akibat air laut pasang.
Namun, belakangan, sejak dibangun kanal-kanal dan tanggul penahan air laut, kampung ini sudah jarang terkena banjir.
Konon, asal nama Luar Batang bermula pada saat meninggalnya Habib Husein. Menurut Iwan, mulanya, jenazah Habib Husein akan dimakamkan di sekitar Tanah Abang. Namun, setelah sampai di pemakaman, jenazahnya tidak ada di dalam kurung batang, melainkan berpindah ke kamarnya. Oleh sebab itu, lokasi pemakaman menjadi kamar Habib.
Mulai saat itu kampung tersebut disebut "luar kurung batang" yang populer dengan julukan Luar Batang.

Sumber informasi : http://travel.kompas.com/read/2012/08/06/19042096/Mengintip.Sejarah.Masjid.Luar.Batang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar